Memasuki
tahun 2013 ini dunia pendidikan di Indonesia sedang gencar merombak kurikulum,
dari semula KTSP 2006 berubah menjadi kurikulum 2013. Perubahan mendasar dari
kurikulum sebelumnya adalah diterapkannya sikap ilmiah dalam proses pembelajaran,
meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dengan sikap ilmiah peserta
didik diharapkan mampu untuk berfikir logis dan kreatif.
Dalam
pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan
Alam tak lepas dari adanya kegiatan praktikum, tak tekecuali bidang studi
Fisika. Faktanya Fisika mempelajari segala sesuatu yang berdasarkan fenomena
alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sebab sejatinya konsep-konsep fisika
diperoleh dari fenomena-fenomena alam. Dengan diterapkannya sikap ilmiah dalam
kurikulum 2013 para peserta didik akan dihadapkan pada kegiatan diluar kelas
yaitu kegiatan laboratorium.
Tentunya
banyak materi pembelajaran fisika yang dapat dilakukan dalam laboratorium. Salah
satu yang wajib dipahami oleh peserta didik
sebelum melalukan kegiatan eksperimen yaitu konsep karya ilmiah seperti
mengetahui latar belakang percobaan, rumusan masalah, hipotesis percobaan,dasar
teori ,tujuan percobaan, metode percobaan, pengambilan data, analisis data dan
kesimpulan.
Namun
tak jarang dari peserta didik kita yang kurang memahami konsep karya ilmiah khususnya
dalam menganalisis data. Menganalisis data menjadi penting untuk membandingkan
antara hasil eksperimen dengan teori.
Ketrampilan
peserta didik dalam menganalisis data tentunya berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan bergantung pada kemampuan peserta didik dalam menyerap dan mengolah
informasi yang diperoleh sebelumnya, selain itu juga karena tingkat kecerdasan dari masing-msing peserta
didik sementara itu kita mengetahui bahwa kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh
faktor genetis.
Teori
yang menyatakan tipe-tipe kecerdasan oleh Howard Gardner yaitu “ teori
kecerdasan majemuk” diantaranya yang
diperlukan dalam menganalisis data adalah logika matematika diperlukan untuk
memecah teka-teki sehingga memiliki cara berfikir yang sistematik selain itu
juga diperlukan kecerdasan dalam linguistik verbal yaitu kemampuan seseorang
untuk menerjemahkan inforasi dalam bahasa. Tentunya hal ini harus dimiliki oleh
peserta didik dalam kegiatan eksperimen khususnya dalam matapelajaran Fisika.
Saya
menyakini bahwa setiap manusia memiliki tipe-tipe
kecerdasan yang berbeda berdasarkan teori kecerdasan majemuk Howard Gardner.
Berdasarkan pengalaman saya, ada salah seorang peserta didik memiliki
kecerdasan dalam matapelajaran tertentu
dan cenderung lemah dalam salah satu mata pelajaran.
Dalam
buku Profesionalisme Pendidikan karya Prof. Dr Muchlas Samani bahwa Paulo
Freirei pada prinsipnya belajar bukan untuk memahami ide-ide abstrak atau
kata-kata asing oleh peserta didik. Dalam memahami matapelajaran Fisika
terkadang siswa cenderung enggan ketika banyak dijumpai kata-kata asing yang
sulit mereka pahami, seperti memahami antara pengertian suhu dan kalor, berat dan massa dan masih
banyak lainnya.
Untuk
itu diperlukan adanya kegiatan eksperimen dalam mengajarkan pemahaman secara
benar kepada peserta didik. Sebab strategi pembelajaran dengan cara
mempraktekkan atau memvisualisasikan secara langsung akan mudah diingat dan
dipahami oleh siswa. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah kedisiplinan dan
kemauan dari peserta didik. Dalam buku Fatchul Mu’in Pendidikan Berkarakter
kemauan berkaitan dengan tindakan usaha untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan
masalah mengenai kurangnya ketrampilan peserta didik dalam menganalisis data khususnya dalam
pembelajaran Fisika dengan strategi pembelajaran laboratorium maka dibuatlah
penelitian mengenai hubungan antara Kemampuan Peserta Didik dalam Menganalisis
Data berdasarkan Tingkat Pemahaman dan Kecerdasan.