Senin, 23 September 2013

kurikulum 2013

Memasuki tahun 2013 ini dunia pendidikan di Indonesia sedang gencar merombak kurikulum, dari semula KTSP 2006 berubah menjadi kurikulum 2013. Perubahan mendasar dari kurikulum sebelumnya adalah diterapkannya sikap ilmiah dalam proses pembelajaran, meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dengan sikap ilmiah peserta didik diharapkan mampu untuk berfikir logis dan kreatif.
Dalam pembelajaran  khususnya Ilmu Pengetahuan Alam tak lepas dari adanya kegiatan praktikum, tak tekecuali bidang studi Fisika. Faktanya Fisika mempelajari segala sesuatu yang berdasarkan fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sebab sejatinya konsep-konsep fisika diperoleh dari fenomena-fenomena alam. Dengan diterapkannya sikap ilmiah dalam kurikulum 2013 para peserta didik akan dihadapkan pada kegiatan diluar kelas yaitu kegiatan laboratorium.
Tentunya banyak materi pembelajaran fisika yang dapat dilakukan dalam laboratorium. Salah satu yang wajib dipahami oleh peserta didik  sebelum melalukan kegiatan eksperimen yaitu konsep karya ilmiah seperti mengetahui latar belakang percobaan, rumusan masalah, hipotesis percobaan,dasar teori ,tujuan percobaan, metode percobaan, pengambilan data, analisis data dan kesimpulan.
Namun tak jarang dari peserta didik kita yang kurang memahami konsep karya ilmiah khususnya dalam menganalisis data. Menganalisis data menjadi penting untuk membandingkan antara hasil eksperimen dengan teori.  
Ketrampilan peserta didik dalam menganalisis data tentunya berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan bergantung pada kemampuan peserta didik dalam menyerap dan mengolah informasi yang diperoleh sebelumnya, selain itu juga karena  tingkat kecerdasan dari masing-msing peserta didik sementara itu kita mengetahui bahwa kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh faktor genetis.
Teori yang menyatakan tipe-tipe kecerdasan oleh Howard Gardner yaitu “ teori kecerdasan majemuk”  diantaranya yang diperlukan dalam menganalisis data adalah logika matematika diperlukan untuk memecah teka-teki sehingga memiliki cara berfikir yang sistematik selain itu juga diperlukan kecerdasan dalam linguistik verbal yaitu kemampuan seseorang untuk menerjemahkan inforasi dalam bahasa. Tentunya hal ini harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan eksperimen khususnya dalam matapelajaran Fisika.
Saya menyakini bahwa setiap manusia memiliki  tipe-tipe kecerdasan yang berbeda berdasarkan teori kecerdasan majemuk Howard Gardner. Berdasarkan pengalaman saya, ada salah seorang peserta didik memiliki kecerdasan dalam  matapelajaran tertentu dan cenderung lemah dalam salah satu mata pelajaran.
Dalam buku Profesionalisme Pendidikan karya Prof. Dr Muchlas Samani bahwa Paulo Freirei pada prinsipnya belajar bukan untuk memahami ide-ide abstrak atau kata-kata asing oleh peserta didik. Dalam memahami matapelajaran Fisika terkadang siswa cenderung enggan ketika banyak dijumpai kata-kata asing yang sulit mereka pahami, seperti memahami antara pengertian  suhu dan kalor, berat dan massa dan masih banyak lainnya.
Untuk itu diperlukan adanya kegiatan eksperimen dalam mengajarkan pemahaman secara benar kepada peserta didik. Sebab strategi pembelajaran dengan cara mempraktekkan atau memvisualisasikan secara langsung akan mudah diingat dan dipahami oleh siswa. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah kedisiplinan dan kemauan dari peserta didik. Dalam buku Fatchul Mu’in Pendidikan Berkarakter kemauan berkaitan dengan tindakan usaha untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan masalah mengenai kurangnya ketrampilan peserta didik  dalam menganalisis data khususnya dalam pembelajaran Fisika dengan strategi pembelajaran laboratorium maka dibuatlah penelitian mengenai hubungan antara Kemampuan Peserta Didik dalam Menganalisis Data berdasarkan Tingkat Pemahaman dan Kecerdasan. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan kirimkan komentar anda